Pages

Senin, 20 Juni 2011

Ya Allah, aku adalah milik-Mu dan aku akan kembali kepada-Mu

June 19, 2011 — Abdullah Hadrami


“Mama jangan menangis lagi, Renata khan milik Allah.” Kata-kata ini seketika meluncur begitu saja dari bibir Renata seakan ingin menghapus kesedihan sang Mama.

“Renata, ini obatnya diminum, ada berapa?” tukas sang Papa. “Ada tiga, ” jawab Renata pendek. “Bismillah… Ya Allah, aku adalah milik-Mu dan aku akan kembali kepada-Mu. Sembuhkan aku dengan obat ini, berilah orang tuaku kesabaran dan rizki, “ lanjutnya seraya meminum obatnya.

Tak dinyana, kalimat-kalimat itu adalah ucapan terakhir Renata karena tak berapa lama kemudian ia pun tak sadarkan diri dan melewati hari-hari terakhirnya tanpa kesadaran di ruang PICU R.S. Fatmawati.

Meningitis -radang selaput otak- telah menghampirinya hingga Allah menetapkan maut menjemputnya empat puluh hari kemudian. Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’un.

Ucapan terakhir itu seakan menjadi gambaran perjalanan hidup Renata, si gadis kecil itu. Belum hilang dari ingatan sang Mama saat putri kecilnya itu selalu mendampingi dan mengalirkan kalimat-kalimat nasihat.
“Mama, kalau beli ayam hati-hati; harus tanya dulu motongnya pakai bismillah tidak?”
“Mama, kenapa enggak pakai jilbab? Khan wajib.”
“Anjing itu bisa najis kalau terkena jilatannya. Harus dicuci pakai tanah dan air. Orang sebelah harus diingatkan kalau anjingnya main-main ke rumah.”

*****

Kini, gadis kecil itu telah pergi, tak ada lagi kalimat-kalimat indah itu. Tak ada lagi celotehan riangnya saat berangkat mengaji. Bahkan tak ada lagi yang membangunkan orang rumah untuk shalat Shubuh. “Ia terbiasa bangun lebih awal saat adzan berkumandang,” tutur sang Papa.
“Renata ingin lihat Mama pakai jilbab…,”tutur Renata suatu hari sebelum ia tak sadarkan diri.
“Seolah-olah selama ini ia ada untuk mengingatkan dan menasihati kami,” kenang sang Mama.

*****

Wahai Mama, bersabarlah. Yakinlah putrimu ini, dengan izin Allah, akan berbuah pahala bagimu untuk meraih surga yang dijanjikan. Tidakkah engkau ingat bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda: “Benar-benar ada lima hal yang sangat berat takarannya di akhirat kelak, yaitu ucapan Subhanallah, Alhamdulillah, Laa ilaaha illallah, Allahu Akbar dan anak shalih yang meninggal sedang orang tuanya bersabar dan berharap pahala kepada Allah dari musibah itu.” [1]

Wahai Papa, janganlah larut dalam kesedihan. Yakinlah, ini bukan perpisahan abadi bahkan ini adalah awal dari kebersamaan abadi, dengan izin Allah. Bukankah Nabi shallallahu alaihi wa sallam telah menyampaikan: “Bahwa pada hari kiamat anak-anak kecil akan berdiri lalu dikatakan kepada mereka, ”Masuklah ke surga!” Merekapun menjawab,”(Kami akan masuk) jika bapak dan ibu kami masuk juga ke surga.” \\\”…Maka diserukan kepada anak-anak kecil itu, ”Masuklah kalian dan bapak (orang tua) kalian ke surga!” [2]

*****
“Ya Allah, Ar-Rahman Ar-Rahim, Engkau telah memberi amanah kepada kami seorang putri, yang kami didik agar menjadi putri sholehah yang bertaqwa kepada-Mu dan kini Engkau telah memanggilnya.
\”Ya Allah, dengan amal kami ini jadikanlah putri kami syafa’at bagi kami. Jadikanlah putri kami ini salah satu dari anak-anak kecil yang menanti orang tuanya di pintu surga untuk masuk bersama-sama. Amin.“

———————————–

Renata Aulia Anjani meninggal di usia 7 tahun pada 26 April 2011 akibat meningitis - radang selaput otak. Renata adalah siswi kelas 1 Madrasah Ibitidaiyah As-Sa\’adatuddarain I Pamulang Tangerang Selatan.

Kisah di atas merupakan penuturan kedua orang tuanya kepada Tim Sahabatku Sehat Al-Sofwa, yang telah melakukan dampingan sejak Renata dirawat di RS.Fatmawati. Semoga Allah merahmatinya dan semoga kisah ini menjadi hikmah bagi kita. Amin.

——–

[1]. HR. An-Nasai, Ibnu Hibban dan Al-Hakim; dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih at-Targhib wa at-Tarhib 2/214 no.2009.
[2]. Diriwayatkan Imam Ahmad dalam Musnad-nya 28/174 dan dinilai baik oleh Al-Arna\\\’uth. Hadits ini dikuatkan oleh hadits-hadits shahih lain yang semakna oleh Imam Muslim, An-Nasai dan yang lainnya. Lihat Shahih at-Targhib wa at-Tarhib dan juga Fatawa Al-Azhar 8/104. [Depsos al-Sofwa]

Rabu, 16 Februari 2011

Semua Cinta Butuh Bukti



Cinta bukanlah hanya klaim semata. Semua cinta harus dengan bukti. Di antara bentuk cinta pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah ittiba’ (mengikuti), taat dan berpegang teguh pada petunjuknya.

Karena ingatlah, ketaatan pada Nabi sha...llallahu ‘alaihi wa sallam adalah buah dari kecintaan.

Penyair Arab mengatakan:

لَوْ كَانَ حُبُّكَ صَادِقاً لَأَطَعْتَهُإِنَّ المُحِبَّ لِمَنْ يُحِبُّ مُطِيْعٌ

Sekiranya cintamu itu benar niscaya engkau akan mentaatinya

Karena orang yang mencintai tentu akan mentaati orang yang dicintainya

Cinta pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bukanlah dengan melantunkan nasyid atau pun sya’ir yang indah, namun enggan mengikuti sunnah beliau. Hakikat cinta pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah dengan mengikuti (ittiba’) setiap ajarannya dan mentaatinya. Semakin seseorang mencintai Nabinya maka dia juga akan semakin mentaatinya. Dari sinilah sebagian salaf mengatakan:

لهذا لما كَثُرَ الأدعياء طُولبوا بالبرهان ,قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمْ اللَّهُ

Tatkala banyak orang yang mengklaim mencintai Allah, mereka dituntut untuk mendatangkan bukti. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
”(Qs. Ali Imron: 31)
Seorang ulama mengatakan

:لَيْسَ الشَّأْنُ أَنْ تُحِبَّ وَلَكِن الشَّأْنُ أَنْ تُحَبْ

Yang terpenting bukanlah engkau mencintai-Nya. Namun yang terpenting adalah bagaimana engkau bisa dicintai-Nya.

Yang terpenting bukanlah engkau mencintai Nabimu. Namun yang terpenting adalah bagaimana engkau bisa mendapatkan cinta nabimu. Begitu pula, yang terpenting bukanlah engkau mencintai Allah. Namun yang terpenting adalah bagaimana engkau bisa dicintai-Nya.

Allah sendiri telah menjelaskan bahwa siapa pun yang mentaati Rasul-Nya berarti dia telah mentaati-Nya. Allah Ta’ala berfirman,

مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا“

Barangsiapa... yang mentaati Rasul, sesungguhnya ia telah mentaati Allah.

Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.” (Qs. An-Nisa’: 80)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memerintahkan kita untuk berpegang teguh pada ajarannya. Sebagaimana hal ini terdapat dalam hadits,

فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ“

Berpegang teguhlah dengan sunnahku dan sunnah khulafa’ur rosyidin yang mendapatkan petunjuk (dalam ilmu dan amal). Pegang teguhlah sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian.” (HR. Abu Daud, At Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban. At Tirmidizi mengatakan hadits ini hasan shohih. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shohih. Lihat Shohih At Targhib wa At Tarhib no. 37)

Salah seorang khulafa’ur rosyidin dan manusia terbaik setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu mengatakan,

لَسْتُ تَارِكًا شَيْئًا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَعْمَلُ بِهِ إِلَّا عَمِلْتُ بِهِ إِنِّي أَخْشَى إِنْ تَرَكْتُ شَيْئًا مِنْ أَمْرِهِ أَنْ أَزِيْغَ“

Tidaklah aku biarkan satupun yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam amalkan kecuali aku mengamalkannya karena aku takut jika meninggalkannya sedikit saja, aku akan menyimpang.” (HR. Abu Daud no. 2970. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa atsar ini shohih)

Itulah saudaraku di antara bukti seseorang mencintai nabinya –shallallahu ‘alaihi wa sallam- yaitu dengan mentaati, mengikuti dan meneladani setiap ajarannya.

(Lihat Syarh ‘Aqidah Ath Thohawiyah, 20/2)

Sabtu, 15 Januari 2011

Bantahan Terhadap Orang-orang yang Terpedaya





Manusia yang paling tertipu adalah yang terpedaya oleh kehidupan dunia yang tampak di hadapan mereka. Bahkan, mereka lebih meridhai dan mengutamakan dunia daripada akhirat. Sampai-sampai, sebagian mereka menyatakan: ”Dunia adalah sesuatu yang kontan, sedangkan akhirat adalah kredit. Kontan lebih bermanfaat dibandingkan kredit.” Jika sesuatu yang kontan dan kredit itu sama nilainya, maka kontan lebih baik dibandingkan kredit. Namun, apabila berbeda yaitu ketika perkara kredit tadi jauh lebih banyak dan lebih baik maka tentulah ia yang lebih baik. Lantas, bagaimana seandainya dunia seluruhnya, dari awal hingga akhir, hanyalah merupakan suatu napas dari sekian banyak napas di akhirat?!

Ada juga yang mengungkapkan: ”Kelezatan dunia merupakan perkara yang pasti. Sebaliknya, kelezatan akhirat merupakan perkara yang masih diragukan. Saya tidak akan mengganti perkara yang pasti dengan perkara yang meragukan.”

Asumsi ini merupakan tipuan dan makar syaithan. Bahkan, binatang ternak yang tidak bisa berbicara pun lebih berakal dibandingkan mereka. Sebab, seekor binatang, jika takut terhadap mudharat, tidak akan mau mendekatinya meskipun dipukul (disiksa).

Didalam al-Musnad karya Imam Ahmad dan at-Tirmidzi, dari al-Mustaurid bin Syaddad, ia mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallaam bersabda: "Tidaklah dunia ini kalau dibandingkan dengan akhirat, melainkan seperti sesuatu yang seseorang di antara engkau semua menjadikan jarinya masuk dalam air lautan, maka cobalah lihat dengan apa ia kembali - yakni, seberapa banyak air yang melekat di jarinya itu. Jadi dunia itu sangat kecil nilainya dan hanya seperti air yang melekat di jari tadi banyaknya." (Shahih-Muslim)

Mendahulukan dunia yang kontan atas akhirat yang kredit merupakan tipuan terbesar dan kebodohan terburuk. Jika hadits tadi menjelaskan perbandingan antara dunia secara keseluruhan dan akhirat, maka bagaimana pula dengan perbandingan antara manusia dan akhirat?

Manakah yang lebih utama bagi orang yang berakal, apakah mengedepankan yang segera untuk jangka waktu yang singkat dan terhalang dari kebaikan abadi di akhirat; ataukah meninggalkan sesuatu yang kecil, hina, dan akan sirna dalam waktu dekat untuk mengambil sesuatu yang tidak terkira nilainya, tidak ada bahayanya, tidak terbatas bilangannya, dan tidak ada limit waktunya?

Bisa jadi, anda ragu terhadap janji baik dan ancaman Allah serta kebenaran Rasul-Nya atau anda ingin memastikan (meyakini) kebenaran hal-hal tersebut. Kalau meyakininya, berarti anda meninggalkan sebutir atom yang kontan, sirna, dan fana dalam waktu dekat dengan suatu perkara yang apsti dan sama sekali tidak diragukan lagi. Namun, jika anda memang meragukannya, maka lihatlah kembali tanda-tanda kekuasaan Allah Ta’ala yang menunjukkan keberadaan, kekuasaan, kehedak, dan keesaan-Nya, serta kebenaran para Rasul-Nya, terhadap apa yang mereka kabarkan tentang Allah. Fokuskanlah dirimu, dan berdirilah untuk melihat segala milik-Nya atau memeperdebatkannya, hingga jelas bagimu bahwa apa yang dibawa Rasul, shalawaatullah ‘alihim, tentang Allah merupakan kebenaran yang tidak diragukan lagi.

Seandainya manusia memperhatikan proses kejadiannya dari awal, mulai dari setetes air mani hingga menjadi sempurna, maka jelaslah bahwa Dzat yang mengawasinya, mengubahnya dalam berbagai tahap kejadian, serta membentuknya dalam berbagai wujud tidaklah layak bagi-Nya untuk mengabaikan dan membiarkan manusia begitu saja; tiada memberi perintah, melarang, mengenalkan hak-hak-Nya, memberi ganjaran, dan tidak menghukumnya.

Kami telah menyebutkan dalilnya dalam kitab Aimaan al-Qur’an,1 ketika menyebutkan firman Allah:

لَا يَأْكُلُهُ إِلَّا الْخَاطِؤُونَ . فَلَا أُقْسِمُ بِمَا تُبْصِرُونَ . وَمَا لَا تُبْصِرُونَ . إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ

“Tidak ada yang memakannya kecuali orang-orang yang berdosa. Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat. Dan dengan apa yang tidak kamu lihat. Sesungguhnya Al Qur'an itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia.” (QS. Al-Haaqqah: 37-40)
            Kami juga menyebutkan penggalan masalah ini116 ketika membawakan firman Allah:
وَفِي أَنفُسِكُمْ أَفَلَا تُبْصِرُونَ

”Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan?” (QS. Adz-Dzaariyaat: 21)

            Ayat ini menunjukkan bahwa adanya manusia merupakan dalil (bukti) bagi dirinya sendiri akan keberadaan Penciptanya, keesaan-Nya, kebenaran pada Rasul-Nya, serta penetapan sifat-sifat kesempurnaan-Nya.

            Jika ada yang mengungkapkan: ”Bagaimana mungkin terkumpulnya pembenaran yang sifatnya pasti, yang tidak ada keraguan terhadap hari kebangkitan, Surga, dan Neraka, dengan keburukan amal? Apakah memang merupakan tabiat manusia jika ia mengetahui akan dituntut di hadapan raja-raja untuk disiksa dengan siksaan yang sangat keras ataupun dimuliakan dengan pemuliaan yang sempurna, maka kemudian dia menjadi lalai, alpa, tidak memiliki (pasrah terhadap) nasibnya nanti di hadapan raja tersebut, tanpa melakukan persiapan apa pun untuk menghadapi hal itu?”

            Jawabannya adalah:

            Demi Allah, ini adalah pertanyaan yang benar dan terkait dengan keadaan mayoritas manusia. Terkumpulnya dua perkara tersebut merupakan perkara yang sangat mengherankan. Buruknya amal terjadi karena beberapa sebab. Salah satunya ialah karena lemahnya ilmu dan kurangnya keyakinan. Jika ada orang yang menyangka bahwa ilmu itu tidak bertingkat-tingkat, maka pendapatnya ini jelas sangat rusak dan salah.
            Nabi Ibrahim ’Alaihissalaam, kekasih Allah, pernah meminta kepada-Nya agar diperlihatkan secara nyata (langsung) bagaimana Dia menghidupkan sesuatu yang sudah mati, padahal beliau telah mengetahui kekuasaan Allah dalam masalah ini. Tujuannya tidak lain untuk menambah kemantapan hatinya, juga agar perkara ghaib yang telah ia ketahui dapat disaksikannya.2

            Imam Ahmad dalam Musnad-nya3 telah meriwayatkan dari Nabi Shallallahu ’Alaihi Wasallaam, bahwasanya beliau bersabda:
”Orang yang hanya mendengarkan kabar tidak seperti orang yang menyaksikan.”

            Apabila kelemahan ilmu ini berkumpul dengan ketidakhadirannya dalam hati pada sebagian besar waktu yang disebabkan oleh kesibukan pelakunya dengan hal yang berlawanan dengan ilmu tersebut; ditambah lagi dengan tuntutan karakter, jeratan hawa nafsu, kekuasaan syahwat, terkecohnya jiwa, terperangkap tipu daya syaithan, kegundahan tentang lambatnya janji, panjangnya angan-angan, kealpaan, kecintaan terhadap dunia, mudah menakwilkan sesuatu sesuai dengan keinginan, dan kebiasaan yang buruk; maka tidak ada yang mampu menahan iman selain Dzat yang menahan langit dan bumi agar tidak lenyap.

             Sebab inilah yang menjadikan manusia berbeda dalam tingkatan iman dan amal, smenetara tingkatan terakhirnya adalah bagian terkecil dari sebutir atom iman yang masih tersisa di hati.

            Sebab-sebab tadi kembali kepada kelemahan bashiraah (ilmu dan keyakinan) serta kesabaran. Oleh sebab itu, Allah memuji orang-orang yang memilki keyakinan dan kesabaran, serta menjadikan mereka sebagai imam dalam agama.
            Allah سبحانه و تعال berfirman:
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ

“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (QS. As-Sajdah: 24)


                                        
Foote Note:
1.      Lihat kitab at-Tibyaan fii Aqsaamil Qur-aan (109)
2.      Sebagaimana tercantum dlaam surat Al-Baqarah: 260
3.      Al-Musnad (no. 1842). Hadits ini diriwayatkan juga oleh ath-Thabrani dalam al-Ausath (no. 284) dan al-Kabiir (no. 12451), Ibnu Hibban (no. 6214), Abusy Syaikh dalam al-Amtsal (no. 5), al-Hakim (II/321), al-Bazzar (no. 200), serta Ibnu ‘Adi (VII/2596). 

[Disalin dari buku Ad Daa’ wad Dawaa’ edisi Indonesia AD-DAA’ WA AD-DAWAA’, oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Penerbit Pustaka Imam asy-Syafi’i]

Kamis, 02 Desember 2010

ANAK CACAT

 
 
Sahabat, Bagaimanakah sikap kita ketika melihat anak kita terlahir CACAT ?Apa yang bisa kita rasakan ketika melihat teman atau saudara kita CACAT ?Apa yang bisa kita perbuat dengan orang-orang yang CACAT disekitar kita ?Dan bagaimanakah sikap kita ketika tiba-tiba diri kita juga CACAT ?Mungkin cacat fisik atau cacat mental dan bisa jadi juga cacat kehidupannya !
Ketika kita tidak mempu merasakan dan tidak berempati sedikitpun terhadap kecacatan disekitar kita, maka sebenarnya kita adalah orang cacat, cacat Qolbu kita, cacat Jantung kita dan cacat Perasaan kita, Adakah diantara kita yang tidak cacat ?

Kata Nabi SAW bahwa, Di dalam tubuh kita ini ada segumpal daging, jika ia cacat maka cacatlah seluruh infrastruktur dan sistem tubuh kita. Tetapi jika ia baik maka baiklah seluruh infrastruktur dan sistem tubuh kita. Ketahuilah daging itu adalah JANTUNG (QOLB ).

Manusia manakah yang mampu mengatur dan mengendalikan Jantung ? kapan dia harus berdetak dan kapan saatnya harus berhenti total ? hanyalah Allah Sang Maha Pencipta Pemelihara Seluruh Alam Semesta.

Fisikal kita boleh saja cacat asal Jantung ( Qolb ) kita tidak cacat, lalu nutrisi apakah yang membuat Jantung kita selalu sehat sepanjang hayat ? ” alaa bidzikrillahi tathmainnul quluub ” ( Ketahuilah hanya dengan MENGINGAT ALLAH sajalah Jantung kita menjadi tenang/stabil ).

Nutrisi Jantung (Qolb) bukanlah kekayaan yang melimpah, bukan jabatan yang melangit, bukan nama dan keluarga yang dibesar-besarkan tetapi INGAT ALLAH artinya senantiasa barada dalam rel-rel ATURAN ALLAH ketika melaksanakan segala bentuk aktifitas kehidupan kita.Apa yang terjadi jika ada selain Allah yang harus dibesar-besarkan ? inilah kisahnya !

“Huuu….uuura, hore.. yes !”Teriakan gembira dari seorang Ibu yang menerima telegram dari anaknya yang telah bertahun-tahun menghilang. Apalagi ia adalah anak satu-satunya. Maklumlah anak tersebut pergi ditugaskan perang ke Vietnam pada 4 tahun yang lampau dan sejak 3 tahun yang terakhir, orang tuanya tidak pernah menerima kabar lagi dari putera tunggalnya tersebut. Sehingga diduga bahwa anaknya gugur dimedan perang. Anda bisa membayangkan betapa bahagianya perasaan Ibu tersebut. Dalam telegram tersebut tercantum bahwa anaknya akan pulang besok.

Esok harinya telah disiapkan segalanya untuk menyambut kedatangan putera tunggal kesayangannya, bahkan pada malam harinya akan diadakan pesta khusus untuk dia, dimana seluruh anggota keluarga maupun rekan-rekan bisnis dari suaminya diundang semua. Maklumlah suaminya adalah Direktur Bank Besar yang terkenal diseluruh ibukota.

Siang harinya si Ibu menerima telepon dari anaknya yang sudah berada di airport.Si Anak: “Bu bolehkah saya membawa kawan baik saya?”Ibu: “Oh sudah tentu, rumah kita cukup besar dan kamarpun cukup banyak, bawa saja, jangan segan-segan bawalah!”Si Anak: “Tetapi kawan saya adalah seorang cacad, karena korban perang di Vietnam?”Ibu: “……oooh tidak jadi masalah, bolehkah saya tahu, bagian mana yang cacad?” - nada suaranya sudah agak menurunSi Anak: “Ia kehilangan tangan kanan dan kedua kakinya!”Si Ibu dengan nada agak terpaksa, karena si Ibu tidak mau mengecewakan anaknya: “Asal hanya untuk beberapa hari saja, saya kira tidak jadi masalah?”Si Anak: “…tetapi masih ada satu hal lagi yang harus saya ceritakan sama Ibu, kawan saya itu wajahnya juga turut rusak begitu juga kulitnya, karena sebagian besar hangus terbakar, maklumlah pada saat ia mau menolong kawannya ia menginjak ranjau, sehingga bukan tangan dan kakinya saja yang hancur melainkan seluruh wajah dan tubuhnya turut terbakar!”Si Ibu dengan nada kecewa dan kesal: “Na…ak lain kali saja kawanmu itu diundang kerumah kita, untuk sementara suruh saja ia tinggal di hotel, kalau perlu biar saya yang bayar nanti biaya penginapannya ya !”Si Anak: “…tetap ia adalah kawan baik saya Bu, saya tidak ingin pisah dari dia!”Si Ibu: “Cobalah renungkan olehmu nak, ayah kamu adalah seorang konglomerat yang ternama dan kita sering kedatangan tamu para pejabat tinggi maupun orang-orang penting yang berkunjung kerumah kita, apalagi nanti malam kita akan mengadakan perjamuan malam bahkan akan dihadiri oleh seorang menteri, apa kata mereka apabila mereka nanti melihat tubuh yang cacad dan wajah yang rusak. Bagaimana pandangan umum dan bagaimana lingkungan bisa menerima kita nanti? Apakah tidak akan menurunkan martabat kita bahkan jangan-jangan nanti bisa merusak citra binis usaha dari ayahmu nanti.”

Tanpa ada jawaban lebih lanjut dari anaknya telepon diputuskan dan ditutup.Orang tua dari kedua anak tersebut maupun para tamu menunggu hingga jauh malam ternyata anak tersebut tidak pulang, ibunya mengira anaknya marah, karena tersinggung, disebabkan temannya tidak boleh datang berkunjung kerumah mereka.

Jam tiga subuh pagi, mereka mendapat telepon dari rumah sakit, agar mereka segera datang kesana, karena harus mengidetifitaskan mayat dari orang yang bunuh diri. Mayat dari seorang pemuda bekas tentara Vietnam, yang telah kehilangan tangan dan kedua kakinya dan wajahnyapun telah rusak karena kebakar. Tadinya mereka mengira bahwa itu adalah tubuh dari teman anaknya, tetapi kenyataannya pemuda tersebut adalah anaknya sendiri! Untuk membela nama dan status akhirnya mereka kehilangan putera tunggalnya !

Kita akan menilai bahwa orang tua dari anak tersebut kejam dan hanya mementingkan nama dan status mereka saja, tetapi bagaimana dengan diri kita sendiri? Apakah kita lain dari mereka?

Apakah Kita masih tetap mau berkawan……. dengan orang cacad?……..yang bukan karena cacad tubuh saja?……. tetapi cacad mental atau……..cacad status atau cacad nama atau……..cacad latar belakang kehidupannya?
 
Jawabannya hanya kita dan Sang Pencipta saja yang mengetahunya?!maka “SIKAP” Kita dalam memandang suatu hal harus kita ubah menjadi yang lebih baik atau lebih positif.dan hanya orang-orang yang jantungnya sehat sajalah yang mampu berfikir dan bersikap lebih positif terhadap segala sesuatu.

http://www.facebook.com/home.php?#!/note.php?note_id=10150123456954027

Rabu, 10 November 2010

Hukum Membawa Wanita ke Dokter Untuk Memeriksa-kan Auratnya Karena Darurat Lajnah Daimah


Pertanyaan:
Apakah boleh seorang laki-laki membawa isterinya ke seorang dokter laki-laki muslim atau kafir untuk mengobatinya dan membukakan auratnya termasuk kemaluannya? Perlu diketahui, bahwa sebagian orang membawa putri-putrinya ke para dokter untuk memeriksakan mereka lalu para dokter itu memberikan ser-tifikat keperawanan, biasanya mereka lakukan itu ketika telah mendekati waktu pernikahan.

Nasehat Sekitar Problematika Wanita Dan Dokter Laki-Laki


Nasehat Sekitar Problematika Wanita Dan Dokter Laki-Laki
Syaikh Abdul Aziz bin Baz



Pertanyaan.
Syaikh Abdul Aziz bin Baz ditanya : "Apa pendapat yang mulai Syaikh Abdul Aziz bin Baz dalam masalah wanita yang sering dipertanyakan dan menyulitkan kaum muslimin, yaitu masalah wanita dengan dokter laki-laki. Apa nasehat anda bagi para saudari-saudari muslimah tentang masalah ini ? Dan apa saran anda untuk pemerintah ?

CARA CEPAT MENGHAFAL AL QURAN 30 JUZ


by Nuruddin Al-Indunisy

"Barang siapa yang sibuk membaca Al Qur'an dan dzikir kepada Ku dengan tidak memohon kepada Ku, maka ia Aku beri sesuatu yang lebih utama dari pada apa yang Aku berikan kepada orang yang minta". Kelebihan firman Allah atas seluruh perkataan seperti kelebihan Allah atas seluruh makhlukNya".

(Hadith Qudsi, Diriwayatkan Dari Abu Sa'id Al Khudri ra, Hadits ditakhrij oleh Turmudzi)

Assalamualaikum warohmatullahi Wabarokatuh,
Saya berbahagia saat ini Anda telah mulai membaca untuk menjemput Inspirasi dan Ilmu dicatatan Ini, Semoga Allah memberikan keinginan yang kuat kepada Hati Antum untuk menyelesaikan membaca Catatan Ini Hingga Tuntas, Cara Praktis Menghafal Al Quran bukan teori teori asal yg saya ciptakan. Ini merupakan Ilmu yang terhitung Langka dari seorang Imam dan Khatib masjid Nabawi - Madinah. Yang ana modifikasi ke bentuk Note/Catatan FaceBook agar bisa dibaca siapa saja. Dan Alhamdulillah Saat Ini Antum adalah Orang orang terpilih Yang telah Allah Pilih Untuk Menjemput Hidayah Nya.
"Sebaik-baik kamu ialah yang mempelajari Al Qur'an dan mengajarkannya. (HR. Bukhari)